Hampir 2 jam Lisa mencoba baju terbaiknya, semua dicoba hanya untuk mencari gaun yang pas untuk pesta ulang tahun. Parfum yg baru di beli kemarin di semprotkan di seluruh badan. Hingga kamar Lisa harum semerbak. Malam minggu ini Lisa dan Aldi pacarnya yang satu sekolah di SMK 1 Medan berencana akan menghadiri pesta ulang tahun sepupu Lisa Rudi.
“ Ok kayaknya..., penampilan ku sudah menjanjikan, semoga Aldi suka dengan penampilan dan parfum ku ini “, harapan hati Lisa.
“ Lisa....., ada tamu ni ,” teriak bunda Lisa.
“ Bentar bund...., aldi ya , suruh masuk bund “, balas lisa dari kamar.
Lisa berlari kecil keluar dari kamar menghampiri Aldi yg sudah menunggu di teras rumah.
“ Kok...kecepatan Al, baru jam tujuh malam, emang ngak sholat ya “, selidik Lisa
“ Kamu.. sendiri gimana , apa ngak sholat juga”, balas Aldi ngak mau kalah.
“ Ih.....ni anak, apa belum tahu kalau perempuan itu ada tamunya tiap bulan”, bela Lisa
“ Ya...sama, aku juga ada tamu sore ini, ampun ramenya dirumahku ..Lis ,” ngak mau kalahnya Aldi.
“ apa hubungannya tamu dirumah dengan ngak bisa Sholatmu Al “, tanya penasaran lisa.
“ Ngak ada..., cuma cari alasan yg sama aja, kamu kedatangan tamu aku jaga kebetulan kedatangan tamu dari kampung ayahku , jadi kan sama-sama ada tamu, he...he..he “, canda Aldi.
“ Dasar....., alasan “, kesal Lisa.
“ Bu, saya dan Lisa keluar dulu ya,” permisi Aldi ke Bunda Lisa.
“ Emang ..mau kemana Jam segini udah keluar, biasanya duduk-duduk dulu disini, baru keluar ,” tanya bunda Lisa.
“ Lho ...bunda kok ngak tau, Rudi ponakan bunda yg petinju itu kan ulang tahun malam ini “, heran Lisa.
“ O.....ya bunda lupa, jadi kalian mau kesana ya, ya udah salam buat tante Yuli dari bunda ya”, pinta Bunda Lisa.
Malam itu Lisa berangkat menuju rumah Rudi yg berulang tahun ke 20 . Para tamu sudah banyak yg datang dan berkumpul di taman samping rumah Rudi yang luas itu. Kebanyakan yang datang adalah teman2 Rudi sesama petinju dan pelatihnya. Teman-teman SMA Rudi dulu hanya sebagian yang datang, termasuk Wina pacar Rudi yang masih duduk di Kls II SMA. Rudi anak manja tante Yuli, dan laki2 satu-satunya dari 4 bersaudara yang paling bandel di keluarga yang sudah bosan belajar terus hingga dia tak berminat untuk kuliah seperti kakak2 nya.
Malam itu dipesta Ulang Tahun Rudi, Aldi berbaur dengan semua undangan , sementara Lisa sibuk membantu tante Yuli tuk menyiapkan makanan dan minuman. Acara malam itu begitu meriah, dan pada saat itu Lisa dihampiri Rudi dan mengenalkannya dengan temannya sesama petinju pada Lisa.
“ Lis....kenalin bang Hendra, petinju nasional kita, yg sekarang jadi Atlet kebanggaan kita “, terang Rudi.
“ Hendra Samosir “, kenal Hendra.
“ Lisa Surachman “, balas Lisa.
“ Bah....Rud, ternyata punya sepupu yg cantik juga kau rupanya, aku pikir jelek semua kayak kau “, canda Hendra yang medok bataknya.
“ Eh....Hend, yg jelek itu ayahku, emakku ngak kau tengok cantiknya, sama persis dengan Lisa “, bela Rudi.
Lisa tersipu malu dengan pujian-pujian mereka. Dalam hati, Lisa juga mengagumi sosok Hendra yang periang dan penuh canda ditambah wajah yg lumayan dan badan atletis Hendra.
Sebulan sudah Lisa berkenalan dengan teman- teman petinju Rudi, malam itu Lisa ditelepon oleh tante Yuli untuk menemaninya dirumah, berhubung Om Selamat suami tante Yuli berangkat Dinas ke Luar Kota selama 2 minggu, sedangkan kakak2 Rudi semua kos di Yogyakarta karena mereka kuliah disana.
Lisa sangat senang bisa menemani tante Yuli, karena kesempatan Lisa untuk bisa semakin akrab dengan teman2 Rudi yang kocak dan menyenangkan terutama Hendra yang simpatik.
Tepat jam 05.30 pagi, Lisa dibangun kan oleh Rudi karena itu pinta Lisa sendiri yg pengen ikut lari pagi bareng para petinju. Dasar Lisa ada saja alasannya untuk menjelasin ke tante Yuli saat ditanya tentang rajinnya dia lari pagi.
Selama 2 minggu Lisa di rumah tante Yuli, keakraban Lisa dan Hendra semakin terjalin dan hari-hari Lisa semakin bersemangat karena teman2 Lisa banyak yg iri melihat keakraban Lisa dengan Hendra yg ternyata banyak disenangin oleh wanita.
Selama 2 minggu Lisa di rumah tante Yuli, keakraban Lisa dan Hendra semakin terjalin dan hari-hari Lisa semakin bersemangat karena teman2 Lisa banyak yg iri melihat keakraban Lisa dengan Hendra yg ternyata banyak disenangin oleh wanita.
Hingga Aldi pacar Lisa semakin cemburu melihat keakraban Lisa dengan Hendra.
“ Lis....kok kamu gitu, punya pacar di nomor dua kan”, rengek Aldi
“ Di nomor duakan gimana Al, kamu kan tetap pacar aku , sedangkan aku dgn Hendra hanya sebatas teman biasa dan kebetulan saja aku nemanin tante Yuli, dan Hendra sering tidur disana karena Rudi teman latihannya”, bela Lisa.
“ Gimana ngak cemburu, ada yg ngomong kalian sering jalan bareng berdua , makan bakso berdua dan lari pagi berdua “, cemburu Aldi
“ Al....aku senang kamu cemburu, berarti ada perhatian, tapi percayalah ngak mungkin kami pacaran, pasti orang tua kami melarang hubungan kami, kamu kan tahu keyakinan kami berbeda”, jelas Lisa
“ Yah...mana tau keakraban kalian bisa menumbuhkan rasa ”, sela Aldi
“ Rasa...bakso kale, ada2 aja kamu Al, udah..ah, jadi nonton ngak nih, kalau ngak aku pergi dengan Hendra nih”, goda Lisa.
“ Ya...sayang, jadi dong...., nyesal aku bila malam ini kita ngak jadi nonton, capek nih nunggu waktumu meninggalkan tante Yuli “, goda Aldi kembali.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, ternyata tanpa terasa keakraban Lisa dan Hendra sudah lebih dari 8 bulan. Waktu yg cukup menimbulkan rasa diantara mereka. Dan Hendra tidak pernah kehabisan akal dan cara tuk bisa selalu dekat dengan Lisa, sampe nekat datang kerumah Lisa malam Mingguan.
“ Lisa.....ada tamu nih”, jerit bunda lisa agak melengking .
“ Lho...., Aldi ngapain datang, bukannya dia mau istirahat dulu pacaran denganku, karena capek dengan perasaan cemburunya ”, heran Lisa.
Memang Lisa dan Aldi sudah seminggu tak bertegur sapa semenjak bertengkar dengan alasan cemburu dengan Hendra. Ini semua karena Aldi ngak kuat mendengar ocehan-ocehan teman sekolah mereka.
Lisa keluar kamar dan langsung ke ruang tamu. Dan alangkah terkejutnya Lisa melihat sosok Hendra yang lagi berbincang dengan ayah Lisa dengan akrabnya. Ada satu kelebihan yang dilihat Lisa dengan Hendra dibanding Aldi. Sekian lama Aldi datang kerumah, Aldi tidak pernah mau dan bisa akrab dengan ayah Lisa, sedangkan Hendra begitu cepat akrab dengan Ayah Lisa. Apakah karena ayah Lisa pengemar olah raga tinju dan kebetulan Hendra petinju. .
Hati Lisa mulai kagum dengan Hendra, yang begitu cepat akrab dengan keluarganya. Tapi bunda Lisa mulai curiga dengan gelagat Hendra yg mulai sering datang kerumah.
Hati Lisa mulai kagum dengan Hendra, yang begitu cepat akrab dengan keluarganya. Tapi bunda Lisa mulai curiga dengan gelagat Hendra yg mulai sering datang kerumah.
“ Lis...Aldi kemana kok sudah jarang datang akhir-akhir ini “, selidik bunda Lisa.
“ Sudah putus bund, capek dengan Aldi yang gede cemburuan “, jawab Lisa Ketus.
“ Bukan nya cemburu itu tanda sayang “, jelas bunda Lisa.
“ Ah...bunda ngak tau ceritanya “, jelas Lisa.
“ Tapi...bukan Hendra penggantinya kan ? tanya bunda Lisa
“ Ih...bunda, apa-apa an sih bun, kalau pun iya apa bunda mengijinkannya ?”, pancing Lisa.
“ Pada dasarnya Bunda dan ayah senang dgn Hendra, kami menilai pribadinya sopan dan bertanggung jawab, cuma saja bunda dan ayah tidak mengijinkan karena kita beda keyakinan dengannya “, jelas bunda Lisa dengan lembut.
“ Ya...udah bunda, Lisa akan ingat nasehat bunda, selalu menjaga ke Imanan di dada dan tidak ada tawar menawar tentang keimanan, bigitu juga kan nasehat ayah”, Jelas Lisa sambil berlalu membawa minuman untuk ayah dan Hendra .
Dimalam Ulang Tahun Lisa, jantung Lisa berdetak kencang, siapa gerangan yg terlebih dahulu mengucapkan selamat dengan Lisa, Aldi yang kini sudah menjauh atau Hendra atau adakah yang lain. Setiap menit Lisa gelisah menunggu telepon berdering. Lima belas menit hingga satu jam tak satupun teman lisa yang mengucapkan selamat. Dalam hati Lisa berbisik " bila cowok yg menelpon pertama , maka aku bersedia jadi pacarnya ".
Dan Tepat pukul sembilan malam telepon rumah berdering panjang, Lisa berlari mengejar telepon itu.
“ Hallo....dengan siapa ini “, tanya Lisa penasaran.
“ Happy Birtday ito “, jawab dari si penelepon.
Rasa terkejut bercampur gembira menyatu di hati Lisa. Ternyata yang menelepon adalah orang yang diharapkan Lisa.
“ Makasih..bang Hendra, kok bisa tau Hari Ulang Tahun ku malam ini “, tanya Lisa.
“ Ya ...tau aja, ngak mesti di beritahu dari mana kan, yang jelas emang besok kan Ultahnya “, jawab Hendra.
Hampir 2 jam mereka berbincang di telepon dengan penuh tawa canda, hingga bunda Lisa melirik curiga dengan Lisa. Hati Lisa berbunga-bunga dengan perbincangan malam itu walau hanya melalui telpon. Sedangkan Aldi semenjak sebulan yg lalu hingga saat ini selalu menghindar dan cuek dengan Lisa. Beredar rumor di sekolah mereka , Aldi lagi akrab dengan anak pindahan dari Jakarta.
Hati Lisa mulai goyah dengan Aldi dengan kehadiran Hendra yang sudah menunjukkan rasa sukanya dengan Lisa walau ungkapan belum ada. Mungkin Hendra juga ragu dan merasa kalau hubungan mereka pasti dilarang oleh kedua belah pihak. Tapi entah setan apa yang membuat Hendra nekat mengajak Lisa main kerumahnya yang sudah jelas2 ayahnya melarang berhubungan dengan Lisa. Tapi syukurnya Ayah Hendra tidak ada dirumah.
“ Siang ibu....sedang apa bu “, sopannya Lisa menyapa ibu Hendra
“ Eh...nak Lisa”, balas Ibu Hendra.
“ Ini lagi menulis surat untuk opung si Hendra di Tarutung “, Jawab ibu Hendra
“ Udah didepan aja nak Lisa, temanin hendra nya “, balas ibu Hendra.
Ternyata hati seorang ibu selalu tetap lembut walau segalak apa pun dia. Apa lagi aku teman anaknya Hendra, anak kebanggaan keluarga. Hanya ayah hendra saja yg jelas dan tegas melarang hubungan Lisa dan Hendra karena perbedaan keyakinan mereka.
Hari - hari Lisa dan Hendra semakin mesra dan akrabnya. Apalagi melihat kelembutan ibu hendra menerima Lisa semakin membuat Lisa merasa lega berhubungan dengan Hendra. Walau sampai saat ini pernyataan dan ungkapan yang selalu ditunggu Lisa belum ada juga keluar dari Hendra. Tapi keyakinan Lisa akan Hendra dan ibu Hendra semakin membuat tekad Lisa untuk terus maju dengan Hendra . Walau dari keluarga Lisa sendiri tidak setuju.
Satu minggu lagi Hendra akan berangkat ke Jakarta, untuk Pelatnas persiapan Sea Games tahun depan di Malaysia. Lisa mulai gelisah dengan jalinan kasih yg belum jelas arahnya, hanya persahabatan tapi mesra sajakah atau apa. Semua berkacamuk di dada Lisa. Hingga akhirnya Lisa memberanikan diri membuka pancingan ke Hendra.
“ Bang...aku heran dengan hubungan kita, dikatakan bersahabat tapi kayak pacaran, dikatakan pacaran tapi kayak bersahabat, gimana nya hubungan kita ini bang “, penasaran Lisa.
“ Bah...apa perlu abang jelasin lagi Lis, apa dirimu belum merasa juga “, jelas Hendra
“ Belum jelas bang, gimana mau jelas bang, dari abang sendiri belum menjelaskannya “, dalih Lisa.
“ Lisa adikku tersayang....., abang kau ini tidak pandai berkata-kata romantis kayak pacar kau dulu itu, aku ini apa adanya, kau lihat lah sendiri “, jelas Hendra dengan logat batak yang kental.
“ Belum bisa aku lihat perasaan abg ke aku, yg kutengok cuma abang itu baek dan perhatian dengan aku itu saja nya bang”, jawab Lisa yg mulai menggoda .
“ Bah....macam mananya kau ini, Lisa”, kesal Hendra ke Lisa
“ Macam inilah bang, bertanya dan terus bertanya dihatiku, apa abang dengan aku hanya berteman atau aku dianggap adik ama abang “, goda Lisa.
“ Kalau aku pacar ...kenapa aku ngak pernah dirangkul atau dicium mesra gitu “, Goda lisa tersimpul malu.
“ Bah.... ?! ”, dengan terkejutnya Hendra mendengar penjelasan Lisa.
“ Kau pikirnya aku si Aldi cowokmu itu , sebulan kenalan udah meraba dan mencipok anak orang , tak perlu itu, yang perlu... tanya kan saja hatimu tentang aku dan resapi maknanya, itu yang perlu “, Jawab Hendra meyakinkan Lisa.
“ Duh...bang, puitis amat, tersanjung aku bang, ternyata dibalik kasarnya bahasa abang ternyata hatinya lembut juga ya “, puji Lisa.
“ Pintar gombal juga kau ya, dah....kita pulang , dah malam ini , nanti kita tersambet setan terjadilah yang kita inginkan di Taman ini “, mengigatkan Hendra
.
.
“ Jadi..kita resmi ni, pacaran “, tantang Lisa.
“ Nih ...peresmiannya “, sambil memeluk lisa dan mencium kening Lisa dengan lembut dan mesranya.
“ Wow....di balik kekasaran bahasanya, ternyata ada sisi keromantisannya walau sedikit kaku “, bisik hati Lisa dgn hati berbunga.
Sudah 3 bln Hendra latihan di Jakarta dalam mempersiapkan diri untuk Sea Games di Malaysia. Hendra dan Lisa hanya bisa bertegur sapa dan hanya bisa bercerita dan bercanda melalui telepon interlokal.
Rasa rindu di dada antara Lisa dan Hendra, membuat Hendra minta cuti beberapa minggu untuk pulang ke Medan dengan alasan keluarga. Padahal Hendra pulang karena rindu dengan sang kekasih Lisa Surachman.
Sesampai di Bandara Polonia, Hendra di Jemput oleh Ayah dan ibunya. Sedang Lisa tidak berani menjemput terang-terangan di Bandara, takut ketahuan dgn ayah Hendra yg sangat melarang hubungan mereka. Dengan berbagai alasan yg selalu memojokkan Lisa.
Dengan mata berkaca - kaca, dan dengan rindu yang terpendam Lisa hanya bisa melihat dari kejauhan kedatangan Hendra di pintu kedatangan bandara. Tetapi apa daya, Lisa tak bisa menghampiri Hendra , karena melihat ayah dan ibu Hendra yang sudah dahulu datang menjemput. Sementara itu, mata Hendra juga liar mencari sesosok Lisa yg sudah berjanji akan menjemput dirinya.
“ Maaf kan aku bang, aku datang tapi ku lebih baik mundur dari pada ayahmu murka dgn kehadiran ku “. Perih hati Lisa.
Sesampainya dirumah , hendra langsung pamit dengan orang tuanya dengan alasan ingin menemui sahabat lamanya.
“ Hendra...! baru sampe, bukanya kau istirahat dan bercerita tentang pengalaman kau disana, eh.... malah mau ketemu dengan perempuan itu, ya kan”, desak ayah Hendra.
“ Ngak ayah, aku memang udah janji dari Jakarta , hari ini aku mau ngumpul dengan kawan2 latihan dulu yah “, terang Hendra
“ Macam tak pernah muda aja kau buat aku, ngak usah lah kau berbohong, aku yakin kau kesana nantinya “, tegas ayah hendra.
Pernyataan ayah hendra membuat hendra tersentak dan mulai berontak. Cukup sudah selama ini dia slalu mengalah dengan semua kehendak ayah Hendra.
“ Yah...., aku ini sudah besar sudah bisa menentukan jalan hidup ku , sampai kapan aku diatur terus jalan hidupku “, kesal hendra dengan suara yg sedikit marah.
“ Kenapa hanya aku yg terlalu ayah atur, kenapa bang Robert tak bisa ayah atur sampai dia jadi berandalan gitu “, balas Hendra
“ Bah ! kurang ajar kau ya, sudah berani kau mengajari orang tua, kau pikir aku takut dengan prediket petinju mu itu...hah “, tantang ayah hendra yg mulai naik darah.
“ Kalau kau jadi juga dengan si Lisa itu jangan pernah menganggap aku ayahmu tau “, marah ayah Hendra.
“ Sudah...bang, tenang bang, jangan emosi begitu, malu didengar tetangga. Biarkan dia menentukan jalan hidupnya bang “, bujuk ibu hendra
“ Ibu ini bagaimana , masak aku bisa tenang melihat anak yg sudah ku besarkan dan sekarang sudah pintar melawan semua “, jelas ayah hendra ke Ibu hendra.
“ Dengar hendra, apa yang kau harap dari si Lisa itu hah, cantik...tidaknya ku tengok, kerjanya tak adanya, prestasi apa lagi, lebih bagus teman kau sesama Atlet di Jakarta itu”, nada tinggi ayah Hendra.
Ternyata diam- diam ayah hendra terus memantau pergaulan Hendra di Jakarta. Dan memang selama pelatihan di Jakarta , Hendra ada dekat dengan cewek batak Atlet Taekwondo asal Batam. Tapi dengan cewek itu Hendra hanya murni persahabatan. Sementara si cewek emang ada hati dengan Hendra.
“ Udahlah yah, capek aku mendengar nasehat ayah, yang mau ngatur kehidupan anaknya sampai pasangan hiduppun harus ayah yang menentukan “, nada kesal Hendra sambil berlalu.
“ Hendra ! diam kau nak “, nada ketakutan ibu Hendra.
Dan beberapa saat terdengar suara asbak rokok pecah, mengenai kepala hendra. Ayah hendra marah besar mendengar kalimat yg dilontarkan Hendra. Hingga ayah hendra melempar kan asbak rokok dan mengenai pelipis hendra hingga berdarah.
Kakak hendra yg lagi di luar berlari kedalam mendengar suara gaduh. Dan Hendra berlari ke luar takut kalau- kalau ayahnya semakin tak terkendali marahnya dan hendra juga takut Ibunya pingsan tidak kuat melihat marah ayahnya yang gampang maen tangan ke anak-anaknya.
“ Udah...bang, ingat bang, hendra anak kita jangan abang kejar dia biarkan dia berpikir jernih lagi, redam emosimu, dengan emosi tidak menyelesaikan masalah “, mohon ibu hendra sambil menarik tangan ayah hendra yg ingin mengejar hendra.
“ Anak kurang ajar, anak ngak tau diri, baru jadi petinju kelas teri berlagak , menyesal aku membesarkanmu mulai sekarang tak ku anggap kau anak ku lagi “, kesal ayah hendra sambil membanting kan pintu.
“ Bang...ngak boleh berkata begitu, dia anak kita, 9 bln aku mengandungnya hampir mati aku melahirkannya, kalau abang tak menganggap dia anak kita lagi tak usah abang anggap aku istrimu lagi “, jawab ibu hendra yg mulai menangis kesal dengan kalimat ayah Hendra.
Ayah hendra terdiam sejenak mendengar pernyataan ibu hendra. Dan spontan Ayah hendra memeluk ibu hendra yang mulai lunglai pingsan.
“ Ibu..., kenapa bu “, kakak hendra menguncang tubuh ibunya yang pingsan.
“ Ibu yah, ibu yah, ...detak jantungnya melemah, cepat bawa ke rumah sakit yah, ibu harus cepat ditolong , kalau tidak ibu koma “, desak kakak hendra yang seorang perawat kepada ayah hendra.
Ayah hendra yang tadinya marah besar dengan wajah memerah, kini terlihat pucat melihat kondisi istrinya yg terdiam pingsan. Hari itu juga ibu hendra dilarikan ke rumah sakit.
Sedangkan Hendra tidak mengetahui kejadian ibunya setelah dia lari keluar rumah. Hendra menelepon Lisa.
“ Lisa....boleh kita ketemu, kau ada waktu kan, kita ketemu ditaman ditempat biasa “, ajak Hendra.
Lima belas menit kemudian mereka bertemu di Taman tersebut. Dan Lisa terkejut melhat baju Hendra penuh bercak darah .
“ Bang Hendra.. ! kenapa dengan abang, ada apa dengan kepala abang “, terkejut dan khawatir Lisa.
“ Ngak apa-apa dek, ini cuma luka gores aja, dan darahnya sudah berhenti kok “, jawab hendra dgn tenang.
“ Bang..coba jujur , kenapa dirimu bang, aku tadi ditelepon kakak abang , kak butet , katanya abang bertengkar lagi dengan ayah ya “, selidik Lisa.
Hendra terdiam, ternyata Lisa sudah mengetahui kejadian di rumah hendra. Kakak hendra yang menelepon Lisa . Kakak hendra sebenarnya tak banyak melarang hubungan adiknya dengan Lisa walau mereka berbeda keyakinan. Kakak hendra menyadari dan mengerti perasaan Hendra adiknya.
“ Bang...biarlah aku mengalah demi orang tuamu, walau terasa berat tapi aku rela mundur, kita telah mencoba tapi ternyata orang tua kita sulit mengerti perasaan kita “, dengan suara lirih Lisa berkata.
“ Bang... sudah cukup usaha kita , tapi mereka tetap punya alasan yg mereka anggap benar, tak sanggup aku melukai perasaan orang tuamu dan orang tuaku, bagai manapun kita masih anak mereka “, dengan mata berkaca-kaca Lisa menjelaskannya ke Hendra.
Hendra dan Lisa terdiam sejenak, hanyut dengan perasaan masing-masing, suasana begitu haru seharu hati mereka
.
.
“ Hendra, masih ku ingat waktu kita berjanji di taman ini bebarapa bulan lalu walau tak pernah terungkap dibibirmu tapi kuyakin hatimu, kita berjanji akan membina cinta ini walau halangan apapun, dan belum pernah ku merasakan kebahagiaan pada saat itu." Terasa begitu indahnya hidup ini, tapi kusadar cinta orang tua kita lebih utama dan perlu kita jaga, andai mereka tahu dalam dan arti cinta kita, tapi ku yakin mereka tetap tak akan mau mengerti. " Sesulit ini kah jalan takdir cinta kita, yang tak mengiginkan kita bahagia. " Hend ..,bila aku tak berujung dengan mu biarlah kisah ini kukenang selamanya. " Tuhan tolong buang rasa cinta ku bila tak kau izin kan aku bersamanya" Hend... inilah saat nya ku harus melepaskan dirimu. " Tuhan kemanakah dan dimanakah keadilan dan perasaan mereka sebagai orang tua melihat kami. Salah kah cinta kami berdua yang ingin bersama “, bisik hati Lisa dengan hati yang lirih.
Dengan mata berlinang air mata, Lisa menatap Hendra yang mulai gelisah seperti ada yang ingin di ungkapkan dan........
“ Lisa apakah kau bersedia menikah dengan ku “, dengan suara bergetar Hendra mengucapkannya.
Bagai disambar petir disiang bolong Lisa hampir pingsan mendengarnya. Dan air mata Lisa semakin deras mengucur dan Hendra menghapusnya dengan tangannya. Tanpa komando mereka berpelukan meluapkan perasaan mereka.
“ ya..Allah, apa aku bermimpi, apa yg telah kau perbuat dengan hati kekasihku, tolong beri jalan kemudahan untuk cinta kami, jangan kau beri cobaan lagi kepada kami ”, bisik hati Lisa.
Hendra sang petinju tak sanggup juga menahan haru hatinya melihat air mata lisa mengucur membasahi bahunya, dan tanpa disadarinya, air matanya pun ikut menetes.
“ Lisa ku tak mampu menahan rasa ini, ku tak sanggup pisah dengan mu, ku tak kuasa dan ku tak mampu berbagi kasih dengan yg lain walau masih banyak yang lebih cantik darimu, kau adalah yang terbaik pilihan hatiku dan kau telah memiliki hatiku “, bisik hati Hendra yang sulit mengungkapkan perasaan hatinya dengan Lisa.
Dua hari kemudian Hendra menjumpai orang tua Lisa, mengungkap kan hatinya ingin melamar Lisa. Dan Hendra sudah berniat ingin memeluk Islam yang datang dari lubuk hatinya, bukan karena cintanya dengan Lisa atau dorongan orang lain. Hendra sudah lama ingin belajar Islam, setelah lama bergaul dengan Rudi sepupu Lisa ditambah pelatih mereka orang kalimantan yang yang telah memberinya pemahaman tentang Islam.
Hidayah itu telah lama datang jauh sebelum dia berkenalan dengan Lisa , hanya saja terhalang dengan kekakuan orang tua hendra. Berkat cinta dengan Lisa ke inginan itu semakin kuat.
Setelah hendra memeluk Islam, pernikahan pun dilangsungkan di Kota kecil 20 km dari kota Medan dengan sederhana tanpa dihadiri oleh keluarga Hendra. Pernikahan itu hanya di hadiri oleh orang tua dan pihak keluarga Lisa serta teman-teman Lisa dan Hendra.
Ternyata kekuatan cinta mereka mengalahkan dan meleburkan segalanya. Dan terbukti, Ayah Hendra semakin melunak setelah melihat cucunya yang memangil Opung padanya dan Ibu Hendra.
Dan berkat doa Lisa dan anak mereka , Hendra menyumbangkan Emas untuk Indonesia pada Sea Games di Malaysia.
Dan berkat doa Lisa dan anak mereka , Hendra menyumbangkan Emas untuk Indonesia pada Sea Games di Malaysia.
Nama Hendra semakin berkibar di pertinjuan Nasional. Hendra peringkat enam dunia dalam kelasnya dan akan dipersiapkan untuk pelatihan ke Kuba dalam persiapan untuk Olimpiade di KOREA SELATAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar