Saat itu, disebuah gurun pasir yang gersang lagi panas dimana yang tumbuh hanya pohon-pohon kecil berduri, selaksa pasukan dengan senjata lengkap siap melumat 313 orang dengan peralatan seadanya
Sebuah perang besar yang menjadi titik tolak kebangkitan umat Islam segera akan terjadi. sementara itu, di dalam sebuah tenda kecil, sang pemimpin agung itu tampak begitu khusyuk berdoa,” Ya Alloh, jika Engkau tidak menolong kami, maka engkau tidak akan disembah selamanya, kecuali jika engkau berkehendak untuk tidak disembah selamanya.” Doa ini begitu tulus, mengalir dengan ikhlas dari sela-sela bibir mulia junjungan Nabiyullah Muhammad Saw dibarengi dengan isak tangis yang menggetarkan jiwa. Doa ini begitu mengancam namun lahir dari gemuruh keimanan yang kokoh sehingga Sahabat sekaligus mertua beliau, Abu Bakar Ash Shidiq menghampiri beliau lalu berkata,” sudahlah wahai Rasulullah, aku yakin Allah tidak akan pernah mengingkari janjiNya.”
Doa yang diutarakan dengan landasan keimanan dan perasaan akan kelemahan diri dari sang Nabi ini langsung mengguncang Arsy. Tidak ada nada kesombongan dalam doa itu, tidak ada aroma su’ul adab yang tergambar dari rintihan itu. Doa itu beliau panjatkan sebagai wujud betapa butuhnya beliau akan intervensi Tuhannya, Allah Rabbul Izzah. Beliau merasa bahwa usaha beliau dengan segenap pasukannya yang berjumlah 313 itu tidak akan pernah berhasil tanpa campur tangan Allah. Dan Allahpun merespon permohonan Nabi terkasihnya tersebut dengan mengirimkan 5000 pasukan langit untuk membantu kaum muslimin yang berperang demi agamanya.
Sering kali kita begitu mengabaikan dan meremehkan kekuatan doa. Doa hanyalah dianggap sebagai pelengkap kegiatan dan pekerjaan yang telah dilakukannya, dan biasa dilantunkan dengan tanpa makna. Padahal doa adalah bagian dari ikhtiyar yang terpenting. Bahkan profesor Quraish Shihab pernah menyampaikan bahwa doa adalah wujud pengakuan dari kedhoifan kita sekaligus pengakuan akan kemahaan Allah, apabila kita melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi dengan permohonan tulus kepada Allah, maka Allah akan membantu pekerjaan kita, dan setiap pekerjaan yang dibantu oleh Allah, maka hasilnya pasti maksimal.
Berdoalah……bermohonlah kepada Allah, Rabb kita dengan doa yang mengancam yang lahir dari gelora iman, bukan doa yang menantang sebagaimana pernah dilakukan oleh Abu Jahl ketika berseru dengan pongahnya,” Ya Allah, jika Muhammad memang benar, hujanilah kami dengan batu dari langit.”
Semoga Allah selalu mengijabah doa-doa kita Amiin.
Sering kali kita begitu mengabaikan dan meremehkan kekuatan doa. Doa hanyalah dianggap sebagai pelengkap kegiatan dan pekerjaan yang telah dilakukannya, dan biasa dilantunkan dengan tanpa makna. Padahal doa adalah bagian dari ikhtiyar yang terpenting. Bahkan profesor Quraish Shihab pernah menyampaikan bahwa doa adalah wujud pengakuan dari kedhoifan kita sekaligus pengakuan akan kemahaan Allah, apabila kita melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi dengan permohonan tulus kepada Allah, maka Allah akan membantu pekerjaan kita, dan setiap pekerjaan yang dibantu oleh Allah, maka hasilnya pasti maksimal.
Berdoalah……bermohonlah kepada Allah, Rabb kita dengan doa yang mengancam yang lahir dari gelora iman, bukan doa yang menantang sebagaimana pernah dilakukan oleh Abu Jahl ketika berseru dengan pongahnya,” Ya Allah, jika Muhammad memang benar, hujanilah kami dengan batu dari langit.”
Semoga Allah selalu mengijabah doa-doa kita Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar